Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Mochi Sukabumi

4 minute read

 


Apa itu Mochi

di Indonesia, khususnya kue mochi buatan Kota Sukabumi yang biasa ditemui di jalan Kasuari dan Jalan Ahmad Yani, serta sering dijajakan para pengasong di beberapa titik persimpangan jalan besar di Kota Bogor. Bahan-bahan untuk membuat kue mochi mudah untuk didapatkan. Mochi memerlukan bahan dasar untuk proses pembuatannya, yaitu tepung ketan yang dibentuk bulat dan berisi adonan kacang. Kue ini biasanya dijual dalam sebuah keranjang berbahan bambu alias besek yang diberi merek dalam tulisan bahasa Mandarin yang dibaca swang sie yang artinya banyak kebahagiaan.Keranjang ini pula yang akhirnya menjadi identik dengan kue moci dan disebut dengan kue keranjang. Setiap keranjang biasanya berisi lima hingga tujuh butir kue mochi. Kuliner ini menjadi satu diantara kuliner melegenda di Sukabumi.

 

Salah satu mochi yang terkenal di sukabumi sekarang yaitu mochi “Lampion” Kaswari, mochi ini berdiri pada 1983. Seiring dengan berjalannya waktu, industri mochi ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mochi “Lampion” Kaswari Sukabumi ini didirikan oleh Dedi Kuswadi pada 1983, Dedi merupakan salah satu pencetus berdirinya mochi “Lampion” Kaswari. Mochi “Lampion” Kaswari ini bukan mochi yang pertama di Sukabumi, namun eksistensinya bisa diperhitungkan karena hampir semua wisatawan yang berada di luar kota semuanya mengenali mochi “Lampion” Kaswari.

 

Sejarah Mochi

Ada dua versi tentang asal usul kue mochi ini. Yang pertama, ada yang mengatakan bahwa kue mochi ini dibawa oleh tentara Jepang yang pernah menduduki Indonesia. Pada masa itu, ada orang-orang pribumi yang menjadi juru masak di barak-barak militer Jepang. Barak militer saat itu ada di Sekolah Calon Perwira (SECAPA) yang di masa kolonial di kenal dengan nama politie school, yang terletak di Jalan Bhayangkara. Pada masa Jepang, sekolah digunakan menjadi pertahanan militer utama Jepang di Sukabumi.

 

Lalu untuk untuk yang kedua, ada juga yang memberi keterangan bahwa makanan ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga keturunan Tionghoa yang cukup banyak jumlahnya di Kota Sukabumi. Makanan ini sering disajikan dalam acara-acara pernikahan dan Tahun Baru Imlek.

 

Sungguh menarik jika menyikapi kedua perbedaan keterangan di atas. Memang sedikit menimbulkan polemik mengenai kapan tepatnya makanan ini masuk ke daerah Sukabumi dan bagaimana proses peralihan keahliannya, sehingga bisa menyebar luas. Karena pada kenyataannya, makanan ini adalah makanan tradisional Jepang dalam upacara yang dikenal dengan mochitsuki, yaitu upacara minum teh dengan Mochi sebagai makanannya.

 

Namun, hal yang menarik kemudian, Mochi Sukabumi merupakan mochi yang berbeda dari mochi Jepang. Dalam mochi Jepang tidak dikenal pembungkus dari bambu untuk Mochi. Selain itu, kacang tanah yang menjadi isinya tidak ditemukan dalam mochi Jepang. Oleh sebab itu, asumsi yang paling mendekati kebenaran, kenyataanya Indonesia pernah di duduki Jepang (1942–1945).

Hal ini memungkinkan terjadinya pewarisan keahlian dari bala tentara Jepang kepada penduduk lokal yang bekerja di dapur-dapur militer. Fakta-fakta lain yang bisa menguatkan asumsi ini adalah adanya interaksi ekonomi antara orang-orang Jepang dan penduduk lokal yang sebetulnya sudah terjadi sebelum Jepang menduduki Indonesia. Sekitar tahun 1930-an, hanya ditemukan toko-toko bahan makanan Jepang yang dikenal dengan sebutan bussando di kota-kota seperti Batavia, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Toko-toko Jepang tersebut menjual berbagai kebutuhan sehari-hari berupa bahan makanan pokok. Di Cianjur, yang letaknya begitu dekat dengan Kota Sukabumi, sekitar tahun 1920-an, di temukan sebuah toko Jepang yang menjual bahan makanan pokok. Nama pemiliknya adalah Togashi Takeomi.

 

Setelah ditelusuri lebih jauh, dengan memakai metode sejarah lisan, ternyata usaha mochi ‘lah yang berasal dari warga keturunan Cina (Tionghoa). Kesaksian ini didapatkan dari Didin Syamsudin, pemilik Mochi Rejeki. Menurut Didin, mengenai hal ini, ia memberi petunjuk bahwa usaha mochi pertama di kota Sukabumi adalah Mochi Garuda. Sejak ia menjadi pedagang asongan pada tahun 70-an, Mochi itu sudah ada, dan merupakan satu-satunya di kota Sukabumi. Letak Mochi Garuda tidak terlalu jauh dari mochi miliknya, yaitu di daerah Kota Paris, Kelurahan Kebonjati, tepatnya di Jalan Otista No. 39. Sedangkan kini tercatat lebih dari 10 produsen kue mochi menjalankan usahanya di Sukabumi. Berbisnis kue mochi adalah bisnis yang menjanjikan karena tak butuh modal besar, selain itu bahan baku pembuatan kue mochi mudah didapat dan pembuatannya cukup sederhana. Dengan adanya kue mochi sebagai makanan yang menjadi ciri khas Sukabumi, hal ini menjadikan perekonomian masyarakat Sukabumi meningkat.

 

Bahan dan Cara Pembuatan Mochi

 

Bahan Luar Mochi

·         150 gram tepung ketan

·         3 sendok makan tepung maizena

·         1/4 sendok teh garam

·         1/2 sendok teh vanili

·         175 mililiter air

·         35 mililiter santan

·         pewarna makanan

 

Bahan Isian Mochi

·         250 gram kacang tanah sangrai

·         4 sendok makan gula pasir

·         1 bungkus susu kental manis putih

·         4 sendok makan air hangat

·         Tepung maizena yang telah disangrai secukupnya

 

Cara Membuat Mochi isian Kacang

1.      Cara membuat adonan kulit mochi adalah dengan memasukkan tepung ketan, gula pasir, dan maizena pada wadah serta mencampurnya hingga rata. Kemudian tambahkan air, santan, vanili dan garam, lalu aduk hingga rata tanpa menyisakan gumpalan.

2.      Selanjutnya, saring adonan cair tersebut menggunakan saringan untuk menyaring adonan yang menggumpal. Lalu beri pewarna makanan sesuai selera dan aduk adonan hingga rata.

3.      Siapkan kukusan yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Kemudian masukkan adonan ke dalam panci dan kukus selama 25 menit.

4.      Sembari menunggu kukusan selesai, buatlah isian untuk mochi. Haluskan kacang tanah yang telah disangrai menggunakan blender atau bisa juga ditumbuk kasar. Lalu masukkan semua bahan isian, masukkan air panas, kemudian tumbuk agak sedikit halus dan bentuk menjadi bulatan kecil.

5.      Angkat kukusan dan dinginkan adonan kulit mochi.

6.      Kemudian panaskan wajan dengan api kecil dan sangrai tepung maizena dengan daun pandan. Jika pandan telah mengering, itu tandanya tepung telah matang.

7.      Terakhir, taburi tepung maizena di atas adonan kulit agar tidak lengket. Lalu pulung adonan tersebut dan beri isian kacang yang telah disiapkan tadi. Bentuk sesuai selera, kemudian bulatan mochi siap dilumuri tepung maizena yang telah disangrai.